Semarang, 5 Maret 2024 – Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata (YKKS) kembali menjalankan program model Energy (Enhancing and Empowering Youth) yang dikemas melalui kegiatan Workshop kepada Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK di wilayah Kota Semarang. Program tersebut dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Maret 2024 bertempat di SMK Negeri 3 Semarang yang diikuti oleh 82 Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 82 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Kota Semarang. Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilyah I Provinsi Jawa Tengah sekaligus membuka kegiatan, Pimpinan Proyek YKKS, Perwakilan ChildFund International di Indonesia, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., sebagai Pemerhati Pendidikan Indonesia, dan para Fasilitator.
Paulus Mujiran, S.Sos., M.Si., selaku Pimpinan Proyek YKKS menyampaikan bahwa program ini berfokus pada pengembangan kapasitas kecakapan hidup (life skills) dan pengenalan literasi keuangan bagi orang muda, hingga melatih intervensi pembelajaran soft skills baik dipartisipasi orang muda dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan besarnya adalah untuk membantu membekali orang muda agar mereka dapat mempersiapkan masa depannya secara bertanggung jawab. Strategi ini diberikan untuk mempersiapkan pemuda masuk dalam dunia kerja maupun dunia usaha. Selain itu, juga memberikan pemahaman mengenai modul soft skills kepada setiap sekolah melalui Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, memastikan intervensi pembelajaran soft skills yang terintegrasi dengan kurikulum sekolah, dan membuat rencana tindak lanjut impelementasi pelatihan modul soft skills di sekolah.
Selaras dengan itu, Perwakilan ChildFund International di Indonesia yang berfokus pada perlindungan anak menegaskan bahwa semua pihak (stake holder) harus mendukung perkembangan holistik anak-anak, menghubungkan mereka dengan orang-orang dan sumber daya yang mereka perlukan untuk tumbuh dengan sehat, berpendidikan, terampil, dan aman. Selanjutnya, mampu memberdayakan anak-anak untuk berkembang sepanjang tahap kehidupan mereka, menyesuaikan intervensi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang terus berkembang mulai dari bayi hingga dewasa muda serta memberikan penekanan khusus pada perlindungan anak-anak dari kekerasan, pelecehan, eksploitasi dan penelantaran, karena hal-hal tersebut dapat menghancurkan perkembangan positif anak dalam hitungan detik mengingat kesejahteraan anak-anak bergantung pada lingkungannya.
Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., sebagai Pemerhati Pendidikan Indonesia membeberkan tentang pentingnya soft skills yang harus dimiliki oleh siswa. Soft skills memiliki peranan yang sangat penting untuk mendukung keahlian hard skills yang dimiliki, karena apabila seseorang hanya memiliki hard skills yang baik tanpa diikuti dengan kemampuan soft skills yang memadai maka akan tidak maksimal atau bahkan sia-sia. Soft skills berkaitan dengan kepribadian seseorang yang dapat mendukung pekerjaan yang dijalani dan hubungan interpersonal dalam pekerjaan. Selain itu, soft skills memainkan peran yang sangat berharga dalam lingkungan kerja. Karakter seperti kerja tim, kemampuan beradaptasi, dan empati adalah alasan utama mengapa tim dapat tetap bersatu, membangun kolaborasi yang positif, dan mencapai yang terbaik meskipun ada banyak gejolak yang terjadi. Soft skills dapat dikembangkan dengan memperbanyak interaksi dengan orang lain, mengikuti organisasi, aktif dalam kegiatan sosial, mengikuti kegiatan magang, seminar atau workshop, dan belajar secara mandiri.
Lantas bagaimana mengintegrasikan soft skills dalam pembelajaran? Pertanyaan ini menjadi jalan pembuka tentang implementasi soft skills di sekolah dan integrasi pada pembelajaran. Farida Fahmalatif, S.Pd., M.Pd., sebagai Fasilitator sekaligus Kepala SMK Negeri 1 Tengaran memaparkan bahwa Pengembangan soft skills dalam proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam hal ini sangat diperlukan sekali kreativitas guru yang mengajarkan mata pelajaran atau kompetensi yang diharapkan untuk pengembangan soft skills bagi peserta didik. Dengan demikian, pengembangan soft skills dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui kurikulum terintegrasi dan hidden curriculum (kurikulum tersembunyi). Pengembangan secara terintegrasi mengandung implikasi semua komponen atribut soft skills, seperti etika, inisiatif, berpikir kritis, kemauan, motivasi, komitmen, dan sebagainya secara eksplisit diintegrasikan dalam mata pelajaran yang dituangkan dalam Alur Tujuan Pembelajaran atau Modul Ajar. Sedangkan proses hidden curriculum adalah suatu strategi pengembangan kurikulum dimana soft skills disampaikan oleh guru kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran. Misalnya, dapat dilakukan sebagai selingan (pengisi waktu jeda) atau diselipkan di awal, tengah, atau akhir pelajaran. Pembentukan soft skills perlu dilakukan secara integratif di semua mata pelajaran. Di samping isi materi, metodologi cara penyampaian pembelajaran juga sangat mempengaruhi pembentukan soft skills peserta didik. Cara-cara pembelajaran yang demokratis, menarik, kreatif, dan inovatif akan sangat efektif untuk membentuk soft skills peserta didik. Misalnya guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau menyampaikan pendapat sehingga terjadi diskusi. Untuk mencapai keberhasilan permanen tersebut, maka diperlukan dua komponen yang cukup elementer, yaitu proses latihan dan proses refleksi.
Harti, S.Pd., M.Kom., selaku Kepala SMK Negeri 3 Semarang menambahkan bahwa dengan penguasaan soft skills, diharapkan peserta didik setelah lulus dari satuan pendidikan menengah, seperti SMK/SMA sederajat lebih diterima di dunia kerja serta menjadi pribadi yang mencintai pekerjaanya sehingga menjadi betah di dunia kerja. Kebetahan mereka dikarenakan para lulusan telah siap berada di dunia kerja dengan bekal soft skills kuat dalam dirinya.
SMK Hebat, SMK Bisa SMK Negeri 3 JITU “Jujur, Inovatif, Terampil, dan Unggul”
Vokasi Kuat, Menguatkan Indonesia.
Penulis : Humas SMK Negeri 3 Semarang